Free to download and cite at :
http://journal.ipb.ac.id/index.php/ijbe/article/view/19540
DOI: http://dx.doi.org/10.17358/ijbe.4.2.151
If you have any questions don’t hesitate to contact me 🙂
email: ardianlauren@gmail.com
Free to download and cite at :
http://journal.ipb.ac.id/index.php/ijbe/article/view/19540
DOI: http://dx.doi.org/10.17358/ijbe.4.2.151
If you have any questions don’t hesitate to contact me 🙂
email: ardianlauren@gmail.com
By : Ardianus Laurens
Pendahuluan :
Era persaingan dunia bisnis sekarang semakin competitive (berdaya saing). Banyak usaha yang semakin bermunculan dengan membawa ciri khas masing-masing. Namun banyak pula yang mengikuti pasar yang sudah ada dengan menjadi market follower (pengikut). Pelaku bisnis (yang baru atau yang sudah terjun ke dunia bisnis) harus mempunyai cara yakni strategi dalam menghadapi persaingan untuk berkompetisi di dunia bisnis.
Pembahasan :
2. Strategi Bersaing
3. Motivasi Bisnis (sumber : Majalah Bisnis UKM 2015)
4. 7 Strategi Bisnis yang wajib dimiliki Wirausahawan (sumber : Majalah Bisnis UKM 2015)
Kesimpulan :
Bagi para pengusaha muda dan bagi mereka yang ingin memulai bisnis, segera memikirkan rencana bisnis anda. Tentukan arah dan tujuan bisnis yang anda ingin raih. Lihat disekitar anda dan ikuti perubahan serta tren yang sedang terjadi. Adaptasi dengan perubahan tersebut kemudian ciptakan langkah strategi apa yang hendak anda ambil.
Perubahan yang paling menarik tentu saja terjadi di dunia usaha. Perusahaan sekarang yang sudah besar dan sukses telah meninggalkan pola-pola lama. Begitu juga dengan dinamika kompetitif dunia usaha yang saat ini sangat beragam (di dunia internasional kita saksikan pemain-pemain baru memorak-porandakan pemain tradisional). Bagi pelaku bisnis yang tidak adaptif maka sulit untuk masuk dalam persaingan yang semakin kompleks. Untuk medorong perubahan dibutuhkan kerelaan bekerja yang lebih produktif. Terpaksa harus diambil tindakan-tindakan (prevention) sebelum perusahaan memasuki masa-masa sulit. Tetapi perubahan seperti itu tidak perlu terjadi kalau organisasi dan manusia-manusianya bisa berubah sendiri.
Ketika ada yang baru bermunculan, perusahaan harus cepat merespon. Kalau orang-orang yang bekerja tidak merespon maka lambat laun organisasi perusahaan akan terasing dan anda akan hidup di luar habitat yang seharusnya anda tinggali.
Perusahaan memang bisa dan mampu berubah sendiri tanpa harus mengalami sebuah proses perubahan yang di intervensi dari luar (campur tangan pihak luar ). Seharusnya kita bisa dan mampu berubah sendiri, secara kontinyu, bertahap dan alamiah. Syarat untuk berubah sendiri adalah adanya proses belajar dan semua orang yang berada di dalam perusahaan adalah manusia-manusia pembelajar (perusahaan pembelajar adalah yg selalu beradaptasi dengan zamannya). Manusia harus terbiasa dengan perubahan (pandangan dan manajemen baru). Perubahan hanya akan terjadi bila ada kemampuan belajar (learning ability).
Perubahan memerlukan analisis tajam yang menentukan titik-titik mana yang harus diutamakan. Perubahan dilakukan untuk melangsungkan kehidupan. Dan untuk itu, pelaksanaanya harus dilakukan secara konseptual, sistematis dan bertahap.
The Relationship between Knowledge Sharing and Innovation Capability : Moderating by Absorptive Capacity
Ardianus Laurens Paulus
Unika Widya Mandala Madiun
ardianlauren@gmail.com
ABSTRACT
This research empirically to test the relationship between knowledge sharing and innovation capability moderated by absorptive capacity. The samples were collected in several SMA/SMK school teachers in Madiun City with a total of 110 respondents and taken with a non probability purposive sampling method. The Moderated Regression Analysis (MRA) were used to test the data and research hypothesis. The result showed that absorptive capacity was moderating the relationship between knowledge sharing and innovation capability.
Keyword : Knowledge Sharing, Innovation Capability and Absorptive Capacity
If you have questions, feel free to contact me with my email above 🙂
Kemampuan Transfer Knowledge untuk Mendukung Inovasi : Sebuah Pengetahuan tentang Perspektif Layanan Bisnis.
Oleh : Ardianus Laurens Paulus,S.E., M.Sc.
Pendahuluan :
Diera lingkungan yang sangat cepat berubah menjadikan organisasi harus mencari terobosan dan cara-cara baru untuk mengikuti arus perubahan yang terjadi. Dalam kondisi yang tidak menentu organisasi harus memikirkan langkah-langkah strategis untuk menentukan posisi organisasi mereka kedepan. Hal – hal baru yang terjadi disekitar lingkungan organisasi menuntut organisasi harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya sambil mempersiapkan sumberdaya-sumberdaya yang baik dan canggih untuk berhadapan dengan pesaing-pesaing yang semakin hari semakin bertambah.
Inovasi saat ini terjadi dengan sangat cepat dan tanpa disadari terjadi secara terus-menerus. Penggunaan alat teknologi yang semakin canggih dan kecepatan mengakses sistem informasi seperti telekomunikasi dan multimedia menyebabkan banyak perusahaan bersaing untuk memunculkan ide – ide baru yang kreatif dan berkompetitif. Dalam menciptakan inovasi, pengetahuan (knowledge) memainkan peran penting dan sangat strategis melalui adaptasi dan pengembangan pemikiran-pemikiran kreatif individu-individu yang ada dalam suatu organisasi. Sumberdaya pengetahuan sangat berperan penting dalam menentukan posisi perusahaan dalam bersaing dengan kompetitornya.
Pespektif tentang layanan bisnis saat ini sudah mulai berkembang dari waktu kewaktu. Intensitas layanan bisnis adalah sejauh mana perusahaan melakukan kegiatan yang bertujuan untuk melayani pelanggannya dan menjadi keharusan karena hal itu sebagai bentuk tanggungjawab pelaku bisnis dalam melayani seluruh pelanggannya. Maka dengan itu transfer pengetahuan didalam organisasi dan lingkungannya (internal/eksternal) sangat penting. Ini bertujuan untuk menjaga hubungan timbal-balik secara rutin antara perusahaan dan pelanggan serta lingkungannya.
Pembahasan :
Kesimpulan :
Dalam memberikan pelayanan kepada konsumen, perusahaan seharusnya
mengedepankan tentang layanan bisnis mereka yang prima kepada konsumen. Pemikiran mengenai inovasi seharusnya seiring dengan transfer pengetahuan yang dilakukan oleh pelaku bisnis. Namun pelaku perlu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dilingkungan agar dapat menyesuaikan dengan inovasi yang dilakukan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
Oleh : Ardianus Laurens
Pendahuluan :
Diera yang kompetitif sekarang banyak industri yang bersaing untuk maju dan mengungguli para pesaingannya. Dalam dinamika kompetisi harus ada winners dan lossers yang mana setiap industri di tuntut untuk menciptakan keunggulan masing-masing dari segi produk maupun jasa yang dihasilkan.
Banyak industri di Indonesia yang saat ini sedang mengalami perkembangan namun masih lamban menyebabkan negara ini masih sulit untuk bersaing dengan negara luar paling tidak dengan negara tetangga yakni Malaysia dan Singapura. Namun satu hal yang menjadikan Indonesia mampu bertahan disaat krisis ekonomi tahun 2012 lalu sedangkan negara maju dan telah berkembang mengalami penurunan dari segi ekonomi adalah sektor UKM yang menjadi penopang perekonomian Indonesia pada saat itu.
Namun masih banyak kelemahan yang terdapat pada sektor UKM di Indonesia apalagi UKM dikota kecil dan daerah-daerah tertinggal. Dengan melihat kondisi nyata dan banyak UKM ( yang bergerak dalam industri yang sama) ada yang sukses namun ada yang tidak. Melihat kondisi ini maka para ahli (Barney (2002); Abhayawansa et al., (2008); Fahy dan John, (2000); serta Ferreira et al., (2011) mengemukakan sebuah teori yang dikenal sebagai Pandangan Berbasis Sumberdaya (Resource Based View – RBV) dan banyak diterapkan serta dipraktikkan diberbagai sektor industri yakni dengan melihat kekuatan dan kelemahan sumberdaya internal perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing.
Pembahasan :
Sumberdaya perusahaan terdiri dari berwujud (misl: pabrik, tanah, kendaraan, bahan baku dan mesin) maupun tidak berwujud (misal: merk, reputasi dan keahlian, budaya perusahaan, struktur, persepsi dan proses yang dimiliki).
Fokus diskusi ini adalah sumberdaya tak berwujud (intangible resource) yang dikenali sebagai aset yang mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing. Nilai tambah dari sumberdaya tak berwujud ini sulit untuk di imitasi pesaing dan langka untuk diperolehi.
Sumberdaya atau aset tak berwujud ini juga lebih dikenali sebagai modal intelektual (intellectual capital) terdiri dari :
Kesimpulan :
Dengan melihat sumberdaya internal yang dimiliki oleh perusahaan maka pandangan berbasis sumberdaya ini sangat sesuai diterapkan di bidang usaha kecil dan menengah (UKM) terutama modal intelektual (intellectual capital) dan perlu dikedepankan agar dapat meraih kesuksesan keunggulan kompetitif.
Pendahuluan :
Problematika mengenai angka pengangguran di Indonesia tentu bukan hal baru lagi bagi masyarakat kita. Bahkan menurut Badan Pusat Statistik, saat ini terdapat lebih dari 8,13 juta jiwa atau setara dengan 6,8 persen pengangguran yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa tingkat pengangguran di negara kita masih cukup tinggi, meskipun jumlah tersebut sudah mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Usaha Kecil Menengah mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, selain juga berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya,
Diskusi :
Penutup :
Tumbuhnya UKM-UKM di Indonesia menjadi langkah awal bagi perbaikan ekonomi nasional hingga akhirnya target pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi 8% di tahun 2014 bisa segera terwujud dengan penciptaan lapangan kerja bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Maju terus UKM Indonesia, dan ciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya.
Daftar Pustaka
Majalah Digital Bisnis UKM, Januari 2014. – www.bisnisUKM.com